Oleh: Rinaldo Adi Pratama
Kenaikan harga BBM, Haruskan Terulang Kembali…???
Apabila
kita ingat kembali kebelakang pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang mencakup dua periode sudah mengalami tiga kali kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM), walaupun memang harga BBM tersebut kembali lagi turun
ke angka semula dan sekarang pemerintah berniat untuk melaksanakan
kebijakan kehaikan harga BBM seharga Rp
2000,- dengan alih-alih untuk mengurangi beban subsidi pada APBN negara.
Kebijakan
pemerintah dalam menaikan harga BBM haln ini tentu saja karna ketakutan
pemerintah akibat harga minyak dunia yang sangat fluktuatif dan tidak dapat di
prediksi. Dalam APBN Indonesia tahun anggaran 2012 pemerintah menyisihkan dana
anggarannya untuk mensubsidi rakyat dalam hal bahan bakar sebesar 132 Triliun dan berkilah akan habis
anggaran tersebut pada bulan Agustus (republika.
12/03/31). Angka itu akan sangat membebani pemerintah apabila pemerintah
tetap tidak menaikan harga BBM mengikuti naiknya harga minyak dunia atau
mengurangi subsidi BBM tersebut.
Pertanyaan
yang timbul dari kebijakan yang akan di ambil oleh pemerinyah yaitu bagaimana
mungkin bisa pemerintah menyerahkan harga minyak begitu saja kedalam sistim
perdagangan global? Apakah pemerintah berfikir bahwa sistim ekonomi yang dianut
kita liberal murni, tentu saja bukan. Seharusnya pemerintah lebih arif dan
bijaksana dalam menyikapi harga minyak dunia yang terus mengalami fluktuasi
tersebut. Mungkin saja pemerintah bisa mengambil kebijakan atau opsi lain dalam
menghadapi kenaikan harga minyak dunia ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan
oleh pemerintah yaitu dengan jalan memangkas anggaran kunjungan kerja DPR yang
mencapai 482 Miliar untuk anggaran 2012, angka tersebut meningkat dari tahun
lalu yang mana untuk tahun ini mengalami kenaikan sebesar 183 Miliar (Tribunews, 30 jan 2012). Andai saja
kenaikan anggaran tersebut di masukan saja dalam subsidi bahan bakar dalam
keadaan seperti ini mungkin pemerintah tak perlu mengeluarkan opsi untuk
menaikan harga BBM. Dan apabila dilihat dari esensinya lebih utama melayani
rakyat daripada menyiapkan anggaran kunjungan kerja keluar negeri bagi DPR yang
sampai sekarang dari kunjungan itu rakyat tak pernah merasakan hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar