A.
Bentuk-Bentuk
Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia
Islam telah mengalami
sejumlah pergerakan kebangkitan kembali yang cukup besar dalam dua abad
terakhir, dimulai dengan gerakan wahabiah yang dipimpin oleh Ibn’Abd-al-Wahhab
pada abad ke-18 di Arab. Sementara suatu dorongan moral dan spiritual umum
seperti yang ada di balik Wahabisme masih tetap berpengaruh selama abad ke-19
di Afrika dan anak benua India, ketika itu pula pergerakan intelektual yang
kuat lahir selama pertengahan terakhir abad ke-19 (Azra, 1985, p. 20) . Hal ini pula yang
membawa pengaruh besar dalam pergerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang ada
di negara-negara muslim khususnya Indonesia yang mengalami gerakan moderenisme
dalam Islam.
Gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia menurut tidaklah dimulai pada tahun 1911 dengan
berdirinya Sarekat Dagang Islam atau juga tahun 1912 dengan berdirinya
Muhammadiyah bukan juga tahun 1906 dengan terbitnya majalah Al-Iman dan ada
juga lembaga pendidikan yang didirikan tahun 1905 di jakarta dengan nama
Jami’at Khair (Noer, 1980,
hal. xi) .
Hal ini memang benar karena tahun-tahun yang tercantum diatas merupakan tahun
resmi berdirinya organisasi, berdirinya sekolah maupun terbitnya majalah Islam.
Namun, untuk awal gerakan entah berupa ajakan maupun anjuran dalam pembaharuan
Islam telah jauh terjadi sebelum itu.
Perkembangan
gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas dari keadaan
situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan Islam ini
timbul akibat pemikiran Jamaludin al-Afgani mengenai Pan-Islamisme atau
pembaharuan dalam Islam untuk menjadikan satu dalam kekuatan.
Perkembangan
Pan-Islamisme itu sendiri mencuat ke permukaan sekitar awal abad ke-20 akibat
kemunduran dunia Islambsmentara dunia barat mengalami kemajuan yang sangat
pesat.
Tentu
saja perkembangan pergerakan yang terjadi di dunia Islam ini mendorong
Indonesia juga untuk ikut bagian dalam gerakan pebaharuan ini. Selain di
Indonesia pengaru dari pemikiran pembaharuan Islam ini juga sampai ke
negara-negara Islam lainnya sperti Mesir, Libya, Irak, Iran dan Pakistan.
Sementara
itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama Islam di
beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan
perjuangan dan sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka
mempunyai cita-cita yang sama dan tunggal yaitu “Izzul Islam wal Muslimin”
atau kejayaan Agama Islam dan Kaum Muslimin. Di antara gerakan-gerakan tersebut
adalah Sarekat Islam
yang nantinya bertransformasi menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia, Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam (UMY, 2012) .
Ada banyak bentuk
pembaharuan dalam dunia Islam yang terjadi setelah perkembangan Islam yang
mantap pula di Indonesia, hal ini di dorong oleh sudah banyaknya golongan
intelektual di kalangan rakyat Indonesia akibat diterapkannya politik etis oleh
pemerintah kolonial. Pembaharuan Islam yang ada di Indonesia cukup menarik
karena Ada yang bergerak dalam bidang
politik dan ada juga yang bergerak dalam sosial kemasyarakatan.
Gerakan-gerakan
tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan Modernis dan Gerakan
Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah gerakan yang menggunakan
organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi semua Gerakan Islam tersebut dapat
digolongkan sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping
gerakan ini menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha
memurnikan Islam dan membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru,
sehingga Islam dapat mengarahkan dan membimbing umat manusia dalam kehidupan
mereka (UMY, 2012) .
B.
GERAKAN POLITIK ISLAM
1. Sarekat Islam
Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal organisasi
dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang
pengusaha batik terkenal di Sala, yaitu Haji Samanhudi. Anggota-anggotanya
terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik, sebagai usaha untuk membela
kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan monopoli bahan-bahan batik
oleh para pedagang Cina. Kemudian akibat pelarangan terhadap Sarekat Dagang
Islam oleh Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke Surabaya
dan namanya pun berganti menjadi Sarekat Islam.
Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah
kepemimpinannya Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai organisasi besar dasn
berpengaruh, anggota-anggotanya semakin Banyak dan meliputi seluruh
lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya berdiri dimana-mana. Tujuannya
diperluas, tidak saja urusan dagang dan perekonomiannya, melainkan lebih luas dan
besar yaitu: menentang politik kolonial Belandadalam segala seginya dengan
menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan tersebut akhirnya Sarekat
Islam memasuki bidang politik dan menginginkan suatu pemerintahan yang bebas
dari penjajahan Belanda.
Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang
tergabung dalam organisasi Indische Social Democratische Vereniging (ISDV)
pimpinan Sneevliet, seorang kader komunis yg berasal dari negeri Belanda,
akhirnya tak dapat mengelakkan diri dari perpecacahan, dan menjadilah SI Putih
SI Merah yang beraliran komunis . Sarekat Islam Putih kemudian meningkatkan
diri menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat Islam Indonesia yang
diresmikan pada tahun 1929.
2.
Partai Islam Masjumi
Partai Islam Masjumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai
hasil keputusan Muktamar Umat Islam Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta
(Gedung Madrasah Mualimin Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November 1945. Kongres
ini dihadiri oleh hampir semua tokoh dari berbagai organisasi Islam dari masa
sebelum perang serta pada masa pendudukan Jepang, seperti Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, al-Wasliyah, Persis, al-Irsyad, serta tokoh
intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif dalam Jong Islamiten Bond dan
Islam Study Club dan sebagainya. Dalam kongres tersebut disepakati dan
diputuskan untuk mendirikan Majlis Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.
Sesungguhnya Partai Masjumi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan
politik organisasi Islam pada akhir zaman penjajah Belanda yang dikenal dengan
nama MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia). MIAI adalah suatu wadah federasi dari
semua organisasi Islam, baik yang bergerak dalam bidang politik praktis maupun
yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan yang didirikan pada tanggal 21
September 1937 di Surabaya atas inisiatif KH Mas Masyur (Muhammadiyah), KH
Wahab Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam). Kemudian pada masa
pendudukan Jepang gabungan gerakan Islam yang juga bersifat federasi semacam
MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masjumi).
Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan “Terlaksananya
syari’at Islam dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan Negara Republik
Indonesia” dalam kiprah politiknya sepanjang masa hidupnya, baik dalam
bentuk program maupun kebijakan-kebijakan partai menampakan sikap yang tegar,
istiqomah, konsisten terhadap prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada
Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
Politik yang dianut oleh Partai Masjumi adalah politik yang menggunakan
parameter Islam, artinya bahwa semua program atau kebijakan partai harus
terukur secara pasti dengan nilai-nilai Islam. Ungkapan bahwa politik itu
kotor, menurut keyakinan Partai Masjumi tidak mungki terjadi manakala
sikap, langkah, dan pola perjuangannya selalu berada di atas prinsip-prinsip
ajaran Islam. Masjumi mengakui terhadap realitas yang terjadi di tengah-tengah
arena politik bahwa politik itu memang kotor, kalau politik itu didasarkan pada
“politik bebas nilai” atau politik yang diajarkan oleh Nicollo
Machiavelli bahwa “tujuan menghalalkan semua cara”. Politik Islam
sebagaimana yang dianut oleh Partai masjumi adalah politik yang mengharamkan
tujuan yang ditempuh dengan semua cara. Islam mengajarkan bahwa “Tujuan
yang baik harus dicapai dengan cara-cara yang baik pula”.
Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan Pemilu, Partai Masjumi
mendapatka 57 kursi di pemerintahan. Akan tetapi karena Bung Karno termakan
oleh bujukan dari Komunis sehingga pada tanggal 17 Agustus 1960 mengeluarka
Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 200 tahun 1960 untuk membubarkan Partai
Islam Masjumi dari pusat sampai ranting di seluruh wilayah NKRI. Pada tanggal
13 September 1960 DPP Masjumi membubarkan Masjumi dari pusat sampai ke
ranting-rantingnya.
B.
GERAKAN SOSIAL KEMASYARAKATAN ISLAM
1.
Muhammadiyah
Sejak tahun 1905, Kyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak melakukan
dakhwah dan pengajian-pengajian yang berisi faham baru dalam islam dan menitik
beratkan pada segi alamiyah. Baginya, Islama adalah agama amal, suatau agama
yang mendorong umatnya untuk banyak melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang
bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau terhadap Al- Qura’an dan sunannah
Nabi, sampai pada pendirian dan tindakana yang banyak bersifat pengalaman Islam
dalam kehidupan nyata.
Dari kajian – kajian Kyai Haji Ahmad Dahlan ,akhirnya timbul
pertanyaan kenapa banyak gerakan-gerakan islamyang tidak berhasil dalam
usahanya? Hal ini tidak lain di sebabkan banyak orang yang bergerak dan
berjuang tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak orang yang berilmu
akan tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.
Atas dasar keyakinannya itulah, Kyai Haji Ahmad Dahlan ,pada tahun
1991 mendirikan “sekolah Muhammadiyah” yang menempati sebuah ruangan dengan
meja dan papan tulis. Dalam sekolah tersebut, di masukkan pula beberapa
pelajaran yang lazim di ajarkan di sekolah-sekolah model Barat, seperti Ilmu
Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebagainya. Begitu pul;a di perkenalkan
cara-cara baru dalam pengajaran ilmu-ilmu keagamaan sehingga lebih menarik dan
lebih menyerap. Dengan murid yang tidak begitu banyak,jadilah sekolah
Muhammadiyah tersebut sebagai tempat persemaian bibit-bibit pembaruan dalam
Islam Indonesia.
Dan sebagai puncaknya berdirilah gerakan Muhammadiyah pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 yang bertepatana dengan tanggal 18 November 1992, yang di dalam
Anggaran Dasarnya yang pertama kali bertujuan: “ Menyebarkan Pengajarn Kanjeng
Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera,di dalam residensi yogyakarta”
serta “ Memajukan hal agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
2. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama merupakan salah satu organisasi
Islam
besar lainnya di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari
1926 dan bergerak di
bidang pendidikan,
sosial,
dan ekonomi.
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia,
akibat penjajahan maupun akibat tradisi yang sudah menjadi adat kehidupan
masyarakat Islam yang ada di Indonesia di Jawa khususnya telah menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan
"Kebangkitan Nasional". Semangat
kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar
terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai
jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme,
merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan,
seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau
dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran),
sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari
situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar,
(pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul
Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan
yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Dalam menjalankan organisasinya Nahdlatul Ulama dalam Wikipedia
memiliki tujuan utama yakni, menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah
waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3.
Persatuan Islam
Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada 17 September 1923
oleh K.H. Zamzam, seorang ulama berasal dari Palembang. Persis bertujuan
mengembalikan kaum muslimin kepada pimpinan AL-Qur’an dan sunnah Nabi dengan
jalan mendirikan madrasah-madrasah, pesantren dan tabliqh pidato ataupun
tulisan. Selain itu, menerbitkan pula majalah yang cukup menonjol pada
zamannya, yaitu “Pembela Islam” dan majalah Al Muslimin. Selain itu juga Persis
memiliki tujuan lain yakni untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan
aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari
pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur
dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau
menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh
karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan
yang juga dikenal dengan Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan
Islam yang hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).
Persis sangat menonjol dalam usahanya memberantas segala macam
bid’ah dan khufarat , dengan cara-cara radikal dan tidak tanggung- tanggung.
Lebih-lebih setelah Persis berda dalam kepemimpinan ustadz A. Hasan, yang
terkenal tajam pena dan lidahnya menegakkan kemurnian agama, maka Persis
semakin hari semakin bertambah luas dan berkembang. Diantara alumni pendidikan
Persis yang terkemuka adalah M.Natsir, seorang tokoh cendikiawan dan pemimpin
Islam Indonesia yang juga pernah menjadi Perdana Menteri RI dan menduduki
jabatan-jabatan penting dalam Lembaga Islam International.
Daftar Pustaka
Azra, H. N. (1985). Perkembangan Modern Dalam Islam .
In F. Rahman, Gerakan Pembaharuan Dalam Islam Dewasa Ini (pp. 19-44).
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Noer, D. (1980). Gerakan Moderen Islam di Indonesia
1900-1942. Jakarta: LP3ES.
UMY, I. F. (2011). Retrieved from [online] http://immfkikumy.wordpress.com/2011/11/10/gerakan-pembaharuan-islam-di-indonesia/html. diakses tanggal 10 Mei 2012.
Wikipedia. (n.d.).Nahdlatul Ulama. [online] Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_Ulama. diakses tanggal 10 mei 2012.