Senin, 22 Desember 2014

MENGIDENTIFIKASI DAN MENEMUKAN MASALAH DALAM PENELITIAN EKSPERIMEN

MENGIDENTIFIKASI DAN MENEMUKAN MASALAH
DALAM PENELITIAN EKSPERIMEN

Oleh:
Rinaldo Adi Pratama & Mira Silviani

Departemen Pendidikan Sejarah
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia

Langkah identifikasi masalah merupakan salah satu hal penting dalam penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat untuk mengukur variabel tersebut. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan dapat menentukan apakah kegiatan nya dapat disebut penelitian atau tidak.
Terdapat cara untuk mengidentifikasi masalah, diantaranya (Wahono, 2010):
1.      Dengan menurunkan masalah dari teori yang telah ada, seperti pada penelitian eksperimen.
2.      Dari observasi langsung dilapangan peneliti hendaknya menghubungkan masalah yang ada dengan teori yang telah ada.
Dalam mengidentifikasi masalah pada penelitian eksperimen dalam pembelajaran sejarah dapat dilakukan melalui kegiatan observasi dalam proses pembelajaran. Masalah penelitian eksperimen dilatarbelakangi oleh pendidik atau peneliti yang ingin melihat tentang proses pembelajaran apakah berjalan secara efektif atau tidak. Dalam penelitian eksperimen terdapat kelas kelas yang mendapatkan perlakuan (treatment) dan kelas kontrol (Suryabrata, 2010, hlm. 19).
Dalam melakukan perumusan masalah terdapat beberapa cara diantaranya:
1.      Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2.      Rumusan masalah hendaknya jelas dan padat.
3.      Berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
4.      Rumusan masalah merupakan dasar membuat hipotesis.
5.      Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
Contoh rumusan masalah yang akan diteliti:
Dalam pembelajaran sejarah sangat berkaitan erat dengan yang namanya rentetan peristiwa, angka tahun dan hal-hal yang bersifat kronologis. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelas yang biasanya dominan menggunakan metode ceramah dalam setiap penyampaian materi tanpa melihat bagaimana karakteristik dari materi yang disampaikan apakah membutuhkan metode lain atau ceramah.
Proses pembelajaran seperti yang telah dijelaskan diatas, menyebabkan siswa kurang dapat menangkap materi dengan baik yang akhirnya cara berfikir siswa kurang baik dan bahkan cenderung tidak kronologis.
Rumusan masalah:
Dari permasalahan di atas adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses pembelajaran menggunnakan metode ceramah?
2.      Bagaimana pengaruh metode timeline dalam konsep berfikir kronologis siswa?
3.      Sejauh mana penggunaan metode timeline terhadap proses pembelajaran sejarah?

Sumber rujukan:
Wahono, Romi Satria. 2010. Teknik Identifikasi Masalah. [online]. Tersedia: http://www.ubb.ac.id/menelungkap.php?judul=teknik+identifikasi+masalah+dalam+penelitian.html. Diakses 30 September 2014.

Suryabrata, S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF



TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Oleh:
Rinaldo Adi Pratama & Mira Silviani

Departemen Pendidikan Sejarah
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia

Ada dua pendekatan dalam penelitian, yaitu pendekatan penelitian kualitatif dan pendekatan penelitian kuantitaif. Metode penelitian kualitatif adalah pendekatan yang temuan-temuan penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk perhitungan lainnya, prosedur ini menghasilkan temuan-temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset video, dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus. Sedangkan Metode atau pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang mengkuantifikasi temuan-temuan kedalam angka-angka dan analisis datanya menggunakan statistik sebagai alat. Adapun wawancara dan dokumentasi dalam pendekatan ini hasilnya dikuantifikasikan ke dalam angka-angka yang sudah ditentukan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Adapun dibawah ini akan di paparkan mengenai langkah-langkah atau tahapan penelitian dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang secara garis besar dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu; 1) Tahapan persiapan/pra-lapangan, 2) Tahapan pekerjaan lapangan/penelitian, dan 3) Tahapan analisis data.

A. PENELITIAN KUALITATIF

Ada beberapa pendapat dalam memperinci tahapan kegiatan kualitatif, seperti yang dikemukakan oleh John W. Creswell dalam bukunya Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches second edition (2003), menyebutkan bahwa tahapan atau prosedur dalam pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah sebagai berikut; 

1. The Assumptions Of Qualitative Designs 
2. The Type of Design 
3. The Researcher’s Role 
4. The Data Collection Procedures 
5. Data Recording Procedures 
6. Data Analysis Procedures 
7. Verification Steps 
8. The Qualitative Narrative

Pendapat lain dari Dr. Endang S Sedyaningsih Mahamit (2006) dalam Asep Suryana (2007:5) tahapan penelitian kualitatif meliputi:

1. Menentukan permasalahan
2. Melakukan studi literatur
3. Penatapan lokasi
4. Studi pendahuluan
5. Penetapan metode pengumpulan data; observasi, wawancara, dokumen, diskusi terarah
6. Analisa data selama penelitian
7. Analisa data setelah; validasi dan reliabilitas
8. Hasil; cerita, personal, deskrifsi tebal, naratif, dapat dibantu table frekuensi.

Dari pendapat para ahli diatas kami mencoba menjabarkan secara garis besar langkah-langkah penelitian kualitatif dalam tiga tahap yakni:

A. PERSIAPAN 

1) Menyusun rancangan penelitian 

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi. 

2) Memilih lokasi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data.

3) Mengurus perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. 

4) Menjajagi dan melihat keadaan 

proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menetukan apakah lapangan merasa terganggu atau tidak. 

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan narasumber.

6) Menyiapkan instrumen penelitian 

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

B) LAPANGAN 

1) Memahami dan memasuki lapangan 

Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti berinteraksi secara langsung dengan orang. 

Penampilan, Menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian. 

Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, berindak netral dengan peran serta dalam kegiatan dan hubungan akrab dengan subjek. 

Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan. 

2) Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data) 

Peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, jadi peneliti harus berperanaktif dalam pengumpulan sumber

C) PENGOLAHAN DATA 

1. Analisis Data 

Melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan, peneliti dalam hal ini bisa melakukan interpretasi dari data yang didapatkan dilapangan.

2. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi 

Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dan melakukan verifikasi atau kritik sumber apakah data tersebut valid atau tidak. 

3. Narasi Hasil Analisis 

Langkah terakhir adalah pelaporan hasil penelitian dalam bentuk tulisan dan biasanya pendekatan kualitatif lebih cenderung menggunakan metode deskriptif-analitis.

B. PENELITIAN KUANTITATIF

A. Identifikasi
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya. 

B. Pemilihan Masalah 

1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih

C. Perumusan Masalah 

1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3). Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian 

D. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.

2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis (Arikunto:1992). 

E. Telaah Pustaka

1) Manfaat Telaah Pustaka
2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti 
3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa
5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian.

F. Pembentukan Kerangka Teori
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut.

G. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan titik pangkal dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional.

Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.

I. Validitas dan Reliabiltas Instrumen 
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur.

Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. 

J. Penetapan Metode Penelitian
Penetapan metode penelitian mencakup : (i) penentuan subyek penelitian (populasi dan sampel), (ii) metode pengumpulan data(penyusunan angket) dan (iii) metode analisis data (pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan jenis data).

K. Pembuatan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran. 

L. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data diperlukan kemampuan melacak peta wilayah, sumber informasi dan keterampilan menggali data. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi para tenaga pengumpul data.

M. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian
Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data. Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan ditafsirkan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk menarik kesimpulan.

N. Menyusun Laporan Penelitian
Menyusun laporan penelitian berupa tulisan.


Sumber rujukan:

Cresswell, J.W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches second edition. SAGE Pubication International Educational And Profesional Publisher. California.

Suryana, Asep. 2007. Tahap-Tahapan Penelitian Kualitatif. Diktat Kuliah Pada Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

PARADIGMA BESAR DALAM PENELITIAN

PARADIGMA BESAR DALAM PENELITIAN

Oleh:
Rinaldo Adi Pratama & Mira Silviani

Departemen Pendidikan Sejarah 
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia

Post Positivisme à Comte, Mill, Durkheim, Newton (kualitatif)
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan  menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi semua berdasarkan pada data empiris. Post positivisme adalah lawan dari positivisme yang merupakan cara berfikir yang subjektif asumsi terhadap realitas.
Guba (1990:20) dalam Salim (2006) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: “Postpositivism is best characterized as modified version of positivism. Having assessed the damage that positivism has occured, postpositivists strunggle to limited that damage as well as to adjust to it. Prediction and control continue to be the aim.”
Kutipan tersebut mempunyai arti Postpositivisme mempunyai ciri utama sebagai suatu modifikasi dari Positivisme. Melihat banyaknya kekurangan pada Positivisme menyebabkan para pendukung Postpositivisme berupaya memperkecil kelemahan tersebut dan menyesuaikannya. Prediksi dan kontrol tetap menjadi tujuan dari Postpositivisme tersebut.”
Salim (2006:40) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan Positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal, yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). Oleh karena itu secara metodologi pendekatan eksperimental melalui metode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori.
Dari pandangan Guba maupun Salim yang juga mengacu pandangan Guba, Denzin dan Lincoln dapat disimpulkan bahwa Postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan pada Positivisme. Satu sisi Postpositivisme sependapat dengan Positivisme bahwa realitas itu memang nyata ada sesuai hukum alam. Tetapi pada sisi lain Postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak terlibat secara langsung dengan realitas. Hubungan antara peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif, untuk itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, data, dan lain-lain. Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan kami mengasumsikan bahwa paradigma post positivisme masuk dalam penelitian kualitatif.

Konstruktivisme Sosial à Lincon & Guba, Neuman (kualitatif)
Guba (1990:25) dalam Salim (2006) menyatakan: “But philosophers of science now uniformly believe that facts are facts only within some theoretical framework (Hesse, 1980). Thus the basis for discovering “how things really are” and “really work” is lost. “Reality” exist only in the context of mental framework (construct) for thinking about it.”
Kutipan tersebut mempunyai arti: kaum Konstruktivis setuju dengan pandangan bahwa penelitian itu tidak bebas nilai. Jika realitas hanya dapat dilihat melalui jendela teori, itu hanya dapat dilihat sama melalui jendela nilai. Banyak pengonstruksian dimungkinkan. Ini berarti menurut Guba penelitian terhadap suatu realitas itu tidak bebas nilai. Realitas hanya dapat diteliti dengan pandangan yang berdasarkan nilai.
Dari beberapa penjelasan Guba yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa realitas itu merupakan hasil konstruksi manusia. Realitas itu selalu terkait dengan nilai jadi tidak mungkin bebas nilai dan pengetahuan hasil konstruksi manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Dari penjelasan di atas kami mengasumsikan bahwa paradigma konstruktivisme masuk dalam penelitian kualitatif.

Partisipasi à Habermas, Kemmis, Wilkinson (mix methods)
       Aliran advokasi/partisipatori/transformatif muncul pada tahun 1980-an dan 1990-an sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap paradigma penelitian yang ada dan kesadaran bahwa teori-teori sosiologi dan psikologi yang mendasari paradigma-paradigma yang ada pada dasarnya dikembangkan melalui pandangan ’kulit putih’, didominasi oleh perspektif kaum pria, dan didasarkan pada penelitian yang menggunakan pria sebagai subyek (Pardede, 2009). Peneliti advokasi/partisipatori/transformatif merasa bahwa pendekatan konstruktivisme/ interpretivisme tidak membahas isu-isu keadilan sosial dan kaum yang terpinggirkan secara memadai.
          Peneliti advokasi/ partisipatori percaya bahwa penelitian perlu dijalin dengan agenda-agenda politik dan politisi agar penelitian tersebut menghasilkan tindakan-tindakan yang mereformasi kehidupan partisipan, lembaga tempat individu hidup, dan kehidupan peneliti sendiri (Emzir, 2008: 16). Sehubungan dengan itu, penelitian harus mengangkat masalah-masalah sosial yang penting sebagai topik, seperti isu kekuasaan, ketidaksetraan, penganiayaan, penindasan, dan perampasan hak.
Peneliti advokasi sering memulai dengan menjadikan salah satu dari isu ini sebagai fokus penelitian. Kemudian, dia akan berjalan bersama secara kolaboratif dengan partisipan dengan pengertian partisipan dapat membantu merancang pertanyaan, mengumpulkan data, menganilisis informasi, atau menerima penghargaan untuk partisipasinya dalam penelitian.
    Sebagaimana halnya dalam penelitian konstruktivisme, peneliti advokasi/partisipatori/transformatif dapat mengkombinasikan metode penjaringan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Namun, penggunaan pendekatan gabungan (mixed methods) akan memberikan kepada peneliti transformatif sebuah struktur untuk mengembangkan potret kehidupan sosial yang lebih utuh. Penggunaan berbagai perspektif memungkinkan diperolehnya pemahaman yang lebih beragam tentang nilai-nilai, pandangan dan keberadaan kehidupan sosial.


Pragmatis à Morgan, Patton (mix method)
Pragmatisme merupakan pandangan filsafat Amerika asli, namun berpangkal pada filsafat empirisme Inggris yang beranggapan bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami (Sadulloh, 2009 hlm.118). aliran pragmatisme beranggapan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihatkepada akibat-akibat atau  hasilnya yang bermanfaat secara praktis. istilah lain yang dapat diberkan dalam filsafat pragmatisme adalah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Instrmentalisme karena menganggap bahwa tidak ada tujuan akhir dalam setiap kehidupan, apabila tujuan sudah tercapai maka dijadikan landasan  untuk mencapai tujuan berikutnya, selanjutnya eksperimentalisme karena menggunakan metode eksperimen dan berdasarkan atas pengalaman dalam menentukan kebenarannya.
Namun ajaran pragmatisme dalam filsafat dapat dilihat dari salah satu tokoh penggagasnya yakni William James apabila disimpulkan bahwa peneliti pragmatis bebas memilih metode, teknik, dan prosedur penelitian yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Karakteristik ini menunjukkan bahwa pragmatism merupakan paradigma yang menyangga landasan filosofis studi metode gabungan (mixed-methods research).


Sumber referensi
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Pardede, Parlindungan. 2009. Paradigma penelitian. [online]. Tersedia: http://parlindunganpardede.wordpress.com/class-assignment/research/articles/paradigma-penelitian/. Universitas kristen indonesia.
Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Salim, Agus.2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogayakarta: Tiara Wacana.